Konflik Antara Agama Islam Dan Kristen di Indonesia

  Agama juga mempunyai fungsi yang tidak dapat dilepas dari tantangan-tantangan yang dihadapi manusia dan masyarakatnya. Berdasarkan pengalaman dan pengamatan analisis bahwa tantangan-tantangan manusia dapat terbagi menjadi 3 hal: ketidakpastian, ketidakmampuan, dan kelangkaan. Untuk mengatasi itu semua manusia lari kepada agama, karena amanusia percaya dengan keyakinan yang kuat bahkan agama memiliki kesanggupan yang definitive untuk menolong manusia. Dengan kata lain manusia memberikan suatu fungsi tertentu pada agama.
Adapun fungsi agama:
1.                  Fungsi edukatif
      Manusia mempercayakan fungsi edukatif kepada agama yang mencakup tugas mengajar dan tugas bimbingan. Agama dianggap sanggup memberikan pengajaran yang otoritatif, bahkan edalam hal-hal yang ”sakral” tidak dapat salah. Masyarakat  mempercayakan anggota-anggotanya kepada instansi agama dengan keyakinan bahwa mereka sebagai menusia (dibawah bimbingan agama) akan berhasil mencapai kedewasaan pribadinya yang penuh melalui proses hidup yang telah ditentukan oleh hukum pertumbuhan yang penuh ancaman dari situasi yang tidak menentu dan mara bahaya yang dapat menggagalkannya mulai dari masa kelahiran dan kanak-kanak menuju ke masa remaja dan masa dewasanya. Keunggulan dan kelebihan agama bahkan dalam zaman sekarang masih diakui masyarakat luas.
2.                  Funngsi penyelamatan
      Usaha untuk mencapai mencapai cita-cita tertinggi (yang tumbuh dari nurani manusia sendiri) itu tidak boleh dipandang ringan begitu saja. Jaminan untuk itu mereka temukan dalam agama.
            Sedangkan konflik adalahh aspek intrinsik dan tidak mungkin dihindarkan dalam pperubahan sosial. Konflik adalah suatu ekspresi heterogenitas kepentingfan nilai, dan keyakinan yang muncul sebagai formasi baru yang ditimbulakan oleh perubahan sosial yang muncul bertentangan denagn hambatan yang diwariskan. Namun carea kita menangani konflik adalah persoalan kebiasaan dan pilihan. Satu kebiasaan khas dalam konflik adalah memberikan prioritas yang tinggi guna mempertahankan kepentingan pihaknya sendiri. Jika ncai menmgabaikan kepentingan abel, atau secara aktif menghancurkannya.
            Bagi orang Indonesia konflik adalah suatu hal yang harus dihindari. Dan dimata orang Barat orang Indonesia selalu menghindari dengan apa yang dinamakan dengan konflik dengan cara bermusyawarah. Tetapi hal itu sebenarnya kurang benar, karena secara empirik, orang Indonesia juga sering berkonflik dan jarang menggunakan musyawarah untuk menyelesaikan konflik yang terjadi. Contohnya adalah seperti pada konflik Maluku-Ambon yang terjadi pada tahun 1999-2002 yang telah memakan banyak korban.
            Konflik bukan selalu mengandung makna yang disfungsional tetapi juga dapat menjadi suatu yang fungsional. Dalam artian lain konflik dapat menjadi tempat untuk mendorong terjadinya perubahan menuju pada suatu kondisi yang lebih baik. Kita memang tidak boleh menciptakan konflik, tetapi kita tidak boleh menghindari konflik apabila itu muncul dimuka kita.
            Jenis-jenis konflik ada dua jika dilihat dari sebab kemunculannya. Yang pertama adalah konflik yang bersifat destruktif. Contohnya seperti konflik yang terjadi antara suku Dayak dan Melayu melawan suku Madura. Konflik ini menjadi destruktif karena konflik dipicu karena rasa kebencian yang tumbuh dalam tubuh mereka masing-masing yang terlibat konflik. Munculnya rasa kebencian itu disebabkan berbagai hal, salah satunya adalah kecemburuan sosial antara dua kelompok atau agama yang terlibat konflik.
            Konflik yang destruktif dalam kehidupan agama dapat ditumbuhakan karena para fanatisme para pemeluk agama yang berlabihan. Hal inilah yang kemudian sering menimbulkan tingkah laku yang berlebihan yang kemudian dapat memicu rasa benci pada pemeluk agama lain.
            Jika dilihat Indonesia adalah negara yang mempunyai keragaman dalam banyak hal, dari Suku, Bahasa, Budaya, dan tidak terlepas dengan agama. Bahkan agama yang di Indonesia yang diakui oleh negara ada 5 yaitu, Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Katoli,
            Beragam hal inilah yang menjadikan Indonesia rawan konflik, tidak terkecuali konflik antar umat beragama seperti contohnya konflik Islam-Kristen. Dan jika kita menelaah lebih dalam jika konflik itu mengenai konflik agama maka yag banyak terjadi adalah konflik antara agama Islam-Kristen, karena sudah banyak yang menguatkan tentang ini. Ini dikarenakan Di Indonesia, fundamentalisme agama masih begitu kelihatan, terutama bagi golongan Kristen dan Islam. Konflik berdarah antara Islam Kristen di Ambon, Poso, dan beberapa wilayah lain yang berbuntut pengrusakan dan penghancuran rumah ibadat serta pembunuhan menjadi indikasi adanya kelompok-kelompok fundamentalis sempit ini. Walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya benar jika meletakkan kesalahan pada sikap fundamentalis ini sebagai satu-satunya motif dari konflik tersebut, tetapi sikap ini dapat menjadi pemicu terjadinya konflik tersebut.
      
        Konflik Poso umumnya dibagi menjadi tiga fase. Fase pertama berlangsung pada tanggal 25-30 Desember 1998 dipicu oleh penyerangan terhadap Ridwan (21 tahun) yang sedang tidur-tiduran di masjid oleh tiga pemuda Kristen yang sedang mabuk. Peristiw atersebut kemudian disusul dengan penyerangan oleh massa Herman Parimo ke sejumlah rumah milik warga muslim. Peristiwa tersebut diakhiri dengan ditangkapnya Herman Primo yang diadili pada awal Januari 1999.
    Konflik Poso fase kedua terjadi pada 15-21 April 2002. Konflik jilid kedua dipicu oleh perkelahian antara pemuda Kristen dan pemuda Islam. Peristiwa tersebut disusul dengan perusakan dan pembakaran rumah, kios, serta bangunan sekolah milik warga Kristen dan mengakibatkan pengungsian kalangan Kristen.
    Konflik Poso Fase ketiga terjadi pada 23 Mei-10 Juni 2001. kerusuhan tersebut dimulai dengan kehadiran pasukan ninja pimpinan Fabianus Tibo. Pada pertengahan Mei mulai terjadi pembunuhan yang dilakukan oleh kelompok Tibo. Puncaknya adalh pembunuhan sekitar 200 santri di Pesantren Walisongo.
            Dalam konflik Poso, institusi agama, seperti gereja dan ormas Islam turut campur. Kasus Poso fase kedua dan ketiga menyebabkan mobilisasi massa dengan menggunakan jaringan agama masing-masing. Gereja menjadi tempat untuk mobilisasi massa Kristen, sementara itu Ormas-ormas Islam menjadi sarana untuk mengumpulkan dukungan untuk membantu sesama muslim.
       5 tahun sebelum konflik berbagai ketegangan terjadi antara dua kelompok pemeluk agama yang berbeda tersebut telah terjadi berbagai ketegangan antara kedua belah kelompok, yang meliputi masalah-masalah berikut:
a.                   Pernikahan beda agama (71 kasus)
b.                  Pendirian tempat ibadah (51 kasus)
c.                   Penyiaran agama (48 kasus)
d.                  Penodaan terhadap agama (37 kasus)
e.                   Kegiatan aliran sempalan (35 kasus)
f.                   Perayaan hari-hari besar agama (32 kasus)
g.                  Bantuan luar negeri (21 kasus)
h.                  Lainnya (5 kasus) 
            Dengan demikian, konflik Maluku sebenarnya telah berakar lama, dan dia antaranya didukung oleh kebijakan pemerintah kolonial yang berat sebelah terhadap masyarakat Kristen. Pemeluk Kristen mendapatkan kemudahan dalam mendapatkan pekerjaan di pemerintahan (ketentaraan) dan mendapatkan gaji lebih besar dibandingkan penduduk muslim.
            Jika melihat konflik yang terjadi di Ambon ini maka konflik antara Islam-Kristen sudah terjadi sejak lama dan sebenarnya juga bukan murni konflik Islam-Kristen tetapi banyak hal yang mendasarinya seperti pemerintahan kolonial yang lebih memihak kristen dari pada Islam. Jadi bisa juga konflik ini berawal dari kepentingan colonial pada tahun 1999 untuk mengadu domba masyarakat Ambon supaya terpecah belah, tetapi menjadi konflik yang benar-benar besar karena sudah mengatasnamakan agama dan susah terselesaikan sehingga menjadi konflik yang berlaru-larut.
            Dalam kasus ini jika dilihat dari jenisnya adalah termasuk konflik destruktif, dimana pemeluk agama terlalu fanatik terhadap agamanya sehingga menganggap agama yang lain buruk dan ingin menyingkirkannya. Sebenarnya fanatic dengan agama yang yang dipercayainya tidak salah, tetapi rasa ingin menyingkirkan agama lain itu yang kurang benar. Karena pada dasarnya kita sebagai manusia mempunyai hak dalam memilih agama yang akan kita anut, karena masalah agama atau kepercayaan itu adalah masalah hubungan individu pada Tuhannya, jadi siapapun tidak boleh menyuruh orang lain pindah agama atau apapun dan tidak berhak utuk berusaha menyingkirkan agama lain.
            Sebenarnya masih banyak lagi contoh konflik yang terjadi antara gama Islam dan Kristen di Indonesia. Dan konflik terbabaru yang terjadi di Indonesia pada tahun 2010 ini adalah konflik tentang agama Islam dan Kristen di Bekasi. Konflik ini terjadi karena adanya masalah tentang pendirian tempat ibadah, dimana menurut berita uamt Kristen tidak boleh mendirikan tempat ibadah disana. Dan berikut ini adalah berita yang telah beredar luas dimasyarakat tentang konflik pendirian tempat ibadah umat Kristen di Bekasi.
            Berita yang muncul diawali dengan kasus penyegelan rumah milik jemaat Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) di Ciketing Bekasi, Jawa Barat yang disalahgunakan menjadi gereja HKBP Pondok Timur Indah, akhirnya berbuntut panjang. Jemaat HKBP tidak terima dengan keputusan pemerintah dan melakukan berbagai aksi demonstratif, yang akhirnya berujung pada insiden bentrokan jemaat HKBP dengan warga Muslim Bekasi. Sebagian kalangan kemudian mengangkat dan membesar-besarkan kasus ini sampai ke dunia internasional, sehingga memberikan citra negatif terhadap Indonesia.
            Konflik adalah keniscayaan yang tidak dapat diihindarkan dalam kehidupan masyarakat itupun dapat mempunyai fungsi. Apabila konflik terjadi, teori fungsionalisme struktural memusatkan perhatiannya pada bagaimana cara untuk menyelesaikan konflik tersebut sehingga masyarakat tetap dalam keseimbangan. Pendukung teori fungsionalisme berpendapat bahwa masyarakat dianalogikan sebagai organisme biologis. Masyrakat seprti organisme dinyatakan sebagai sistem-sistem yang terdiri dari bagian-bagian yang terspesialisasi dan saling tergantung.
            Jika ditelaah lebih lanjut maka konflik antar agama di Indonesia secara khusus akan mengancam equilibrium masyarakat yang sensitif bagi masyrakat Indonesia. Olek karena itu perlu dipahami apa penyebab atau latar belakang konflik antar agama di Indonesia itu terjadi. Tentu saja konflik mempunyai latar belakang sejarah, sosial, ekonomi, budaya dan politik sendiri-sendiri. hal itu merupakan akibat faktor stuktural dan kegagalan para politisi dan lainnya dalam mengambil tindakan. Seringkali latar belakang profokasi yang terencana oleh pihak-pihak dengan kepentingan tersembunyi dalam mengarahkan kekacauan. Dengna demikian jika seseorang ingin menyelesaikan konflik, masing-masingnya nharus dilakukan sendiri-sendiri.
                              Apa yang harus menjadi tujuan pendidikan yang menggambarkan perdamaian antar agama, ialah yang cenderung membangun sikap yang membuat anggota komunitas agama yang berbeda mampu berkomunikasi dengan cara yang normal, damai satu sama lain dan mengelola konflik mereka tidak dengan cara kekerasan.
            Untuk konteks seperti Indonesia, yang paling baik bagi para pemeluk agama sedapat mungkin saling bersilaturahmi termasuk dalam menjalankan pelayanan sosial mereka sehingga hal-hal negatif dan saling curiga akibat tidak saling mengerti bisa kita hapuskan. Menghabiskan energi untuk saling berkonflik dan saling curiga itu untuk apa? Tak ada yang untung sama sekali. Malah menguras energi dan membuat citra kita di dalam maupun di luar negeri menjadi buruk. Kalau kita bisa saling bersilaturahmi di tingkat akar-rumput dengan baik, itu akan menjadi kekuatan besar; menjadi modal sosial bersama-sama termasuk untuk memperbaiki kualitas bangsa ini.

   Kemajemukan agama seharusnya juga tidak menjadi penghalang untuk hidup bersama, berdampingan secara damai dan aman. Bahkan, kemajemukan agama tidak menghalangi umat beragama untuk membangun suatu  negara yang bisa mengayomi dan menghargai keberadaan agama-agama tersebut. Adanya saling pengertian dan pemahaman yang dalam akan keberadaan masing-masing menjadi modal dasar yang sangat menentukan. Pengalaman-pengalaman Nabi di atas mengandung dimensi moral dan etis. Di antara dimensi moral dan etis agama-agama adalah saling menghormati dan menghargai agama/pemeluk agama lain. Jika masing-masing pemeluk agama memegang moralitas dan etikanya masing-masing, maka kerukunan, perdamaian dan persaudaran bisa terwujud.

konflik Agama di Berbagai Negara



1 ) Konflik Agama Pecah Lagi di Irlandia Utara
Konflik antaragama tengah terjadi di wilayah Irlandia Utara. Kekerasan yang melibatkan umat Katolik dan Protestan di Belfast, Selasa (4/9), menyebabkan sedikitnya 15 polisi terluka.
Konflik dipicu karena band Nasionalis Katolik Irlandia melakukan pawai di wilayah yang mayoritas ditempati oleh umat Protestan. Sementara, umat Protestan dilarang untuk melakukan pawai di wilayah tersebut.
Kedua kelompok melakukan aksi saling tanding dalam melakukan parade. Polisi berusaha memisahkan kedua kelompok tersebut. Namun, mereka justru melemparkan batu dan botol ke arah polisi. Akibatnya, polisi terpaksa menembakkan meriam air ke arah mereka.
Konflik ini bukan pertama kalinya terjadi di salah satu wilayah di Inggris itu. Akhir pekan lalu tujuh polisi terluka di daerah yang sama ketika sebuah band Protestan berbaris melewati gereja Katolik. Kerusuhan sering meletus selama musim panas ketika kelompok Protestan mengadakan parade tradisional yang dianggap provokatif oleh nasionalis Katolik Irlandia.
Sejak perjanjian perdamaian ditandatangani pada 1998, kekerasan antara Katolik dan Protestan telah berkecamuk. Konflik tersebut juga telah menelan korban puluhan orang dari kedua belah pihak selama tiga dekade.(Reuters/ADO)
FAKTOR PENDUKUNG KONFLIK :
- Adanya kekerasan
- band Nasionalis Katolik Irlandia yang melakukan pawai di wilayah yang mayoritas ditempati oleh umat Protestan. Sementara, umat Protestan dilarang untuk melakukan pawai di wilayah tersebut.
- kelompok Protestan mengadakan parade tradisional yang dianggap provokatif oleh nasionalis Katolik Irlandia.

2) Negara yang tidak Aman Ditinggali Umat Kristen
Konflik yang melanda Afghanistan, selain bentrok antar agama menjadi salah satu pemicu tidak nyamannya Kristen menetap di sana
Bagi umat Kristen, Afghanistan merupakan salah satu negara yang paling tidak aman untuk ditinggali alias menetap beberapa lama. Hal itu terungkap dari hasil penelitian organisasi kristen Belanda, Open Doors
Organisasi kristen Belanda tersebut melakukan penelitian terhadap umat kristen di seluruh dunia yang mengalami kekerasan atau penindasan atas hak-hak azasinya. Menurut Open Doors penindasan terhadap umat kristen yang minoritas di Afghanistan kian bertambah buruk beberapa tahun belakangan ini.
Sebuah video di televisi yang menunjukkan seorang muslim yang dibaptis menjadi salah satu pemicu ketegangan umat beragama di Afghanistan. Selain Afghanistan, ada Korea Utara.
Untuk negara-negara yang tidak aman bagi umat Kristen, Korea Utara selama bertahun-tahun menduduki urutan teratas. Posisi ke dua sampai ke lima tahun ini diduduki oleh: Iran, Aghanistan, Saudi Arabia dan Somalia.
Meski demikian kesulitan yang dialami umat kristen dalam beberapa tahun terakhir juga berkurang di beberapa negara. Contohnya di Cina. Sejak Olimpiade tahun 2008 pemerintah Cina jadi lebih tenang. Umat kristen di Cina tidak lagi ‘dianiaya’ oleh sistem pemerintahan.
Redaktur: Djibril Muhammad
Sumber: Radio Nederland/ANP/AFP

FAKTOR PENDUKUNG KONFLIK :
-          Konflik yang melanda Afghanistan
-          Bbentrok antar agama menjadi salah satu pemicu tidak nyamannya Kristen menetap di Afganistan
-          Sebuah video di televisi yang menunjukkan seorang muslim yang dibaptis yang menjadi salah satu pemicu ketegangan umat beragama di Afghanistan.

SARAN UNTUK MENGATASI :
-          Umat Kristen harus berpindah dari kediamannya yang tidak aman ke tempat yang lebih aman agar tidak memakan korban lagi dalam hal konflik antaragama.
-          Pemerintah harus turun tangan dalam mengatasi masalah ini agar kehidupan masyarakat menjadi lebih tentram dan aman bagi semua pemeluk agama .

3)  KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
Seorang anggota Knesset Israel merobek-robek Perjanjian Baru dari sebuah Alkitab dalam sebuah demonstrasi publik baru-baru ini. Michael Ben-Ari mengatakan bahwa dia bersikukuh akan tindakannya tersebut, dan mengklaim bahwa “Alkitab Kristen menyebabkan pembunuhan jutaan orang Yahudi dalam Inkuisisi dan sepanjang sejarah” (“Ben-Ari Unapologetic,” Arutz Sheva, 18 Juli 2012). Alkitab yang dihancurkan oleh Ben-Ari adalah salah satu salinan yang dikirimkan kepada setiap anggota Knesset oleh sebuah penerbit. Di sinilah kita diingatkan lagi akan noda yang ditebarkan ke atas iman Perjanjian Baru oleh gereja pelacur di Roma dan tindakan-tindakannya yang kejam dan tidak alkitabiah.

FAKTOR PENDUKUNG :
-          Anggota Knesset Israel yaitu Ben Ari yang mengklaim bahwa Alkitab Kristen menyebabkan pembunuhan jutaan orang Yahudi dalam Inkuisisi dan sepanjang sejarah
SARAN :
-          Tindakan Ben Ari yang merobek – robekkan alkitab Kristen harus segera dilaporkan kepada pihak yang berwajid dan para pemuka agama , khususnya Keluarga Besar Agama Kristen Seluruh Dunia. Karena itu sama saja merendahkan agama Kristen dan ajarannya.
-          Ben ari harus segera diberi sanksi yang setimpal dengan perbuatannya.


4) Maraknya Konflik Antaragama dan Antarbudaya di Indonesia

Saya pribadi sangat setuju dengan pernyataan Dr. Goodman tersebut mengingat akhir-akhir ini marak terjadi konflik horisontal di tengah masyarakat kita, di antaranya seperti: penganiaayaan pengikut Ahmadiyah, penolakan GKI Yasmin oleh masyarakat sekitar di Bogor, aksi-aksi kekerasan yang membawa nama agama seperti dilakukan oleh Front Pembela Islam (FPI) hingga munculnya berbagai organisasi radikal agama yang menjurus ke arah terorisme seperti Jamaah Ansharut Tauhid (JAT). Salah satu penyebab utama timbulnya konflik antaragama dan antarbudaya di Indonesia adalah minimnya masyarakat kita yang menempuh pendidikan internasional. Setelah dilakukan riset mendalam dari 2 organisasi garis keras, FPI dan JAT, ternyata tak ada satu pun anggota organisasi tersebut yang pernah menempuh studi ke Amerika Serikat. Hal ini perlu menjadi tanda tanya besar serta keprihatinan kita karena pendidikan yang berspektif internasional pada akhirnya memampukan pribadi-pribadi di organiasi radikal memiliki perspektif yang lebih “kaya” dan “berwarna” akan kebudayaan dan masyarakat lain. Mari kita bahas lebih mendalam 2 alasan penting merngapa kita perlu sekolah ke Amerika:


1. Meningkatkan Saling Pengertian di Antara Budaya yang Berbeda-beda
Sumber Wikipedia mengatakan bahwa negara Amerika Serikat pada awal-awal berdirinya memberlakukan kebijakan buka pintu bagi para imigran yang datang dari seluruh dunia. Para imigran yang datang ke Amerika, dan kemudian memilih untuk menetap dan menjadi warga Amerika, oleh pemerintah diminta untuk tidak meninggalkan kebudayaannya dan tetap mempraktekannya selama tinggal di Amerika. Hal tersebut membuat budaya Amerika Serikat menjadi multikultural. Berbagai macam budaya dunia bercampur, namun budaya country dan koboi umumnya menjadi salah satu lambang dan ciri khas yang terkenal tentang Amerika. Amerika Serikat adalah bukti bahwa berbagai manusia yang berasal dari ratusan negara bisa bersatu dan hidup dengan rukun dan harmonis. Bagaimana hal ini bisa terjadi? Itu karena pemerintahnya tegas menetapkan berbagai Undang-undang yang melindungi Hak Asasi Manusia untuk berkumpul, beragama dan berbudaya. Apakah hal ini bisa kita terapkan di Indonesia? Bisa saja, selama pemerintah kita mau tegas menegakkan supremasi hukum dalam melindungi kebebasan beragama dan berbudaya.

2. Belajar Hidup Berdampingan Satu Sama Lain
Dengan pengalaman belajar ke luar negeri, banyak pelajar Indonesia yang hidupnya tidak lagi bak katak dalam tempurung. Dalam buku-buku yang ditulis oleh para peraih beasiswa ke luar negeri, saya banyak membaca pengalaman-pengalaman yang fantastis bagaimana manusia bisa hidup berdampingan satu sama lain. Salah satu ceritanya ada yang menceritakan kisah pelajar muslim wanita yang mengenakan jilbab tadinya takut mengalami perlakuan diskriminasi untuk sekolah di Amerika Serikat namun ternyata hal tersebut sama sekali tidak terjadi. Malah teman-temannya selalu mengingatkan dia untuk sholat 5 waktu. Ketakutan tersebut hanyalah ilusi. Seekor katak yang hanya hidup di dalam tempurung pada akhirnya tidak bisa melihat dunia di luar sana dengan jelas dan berwarna akibatnya ia hanya berasumsi saja. Padahal asumsi tersebut jauh sekali dari kenyataan yang sebenarnya terjadi. Ketika katak tersebut berani untuk keluar dari tempurungnya maka ia akan melihat betapa indahnya dunia di luar sana. Sebuah dunia di mana masyarakat yang multikultur bisa hidup berdampingan dengan harmonis.


sumber:

Comments

Popular posts from this blog

Sistem cerdas parkir

makalah TOU "BOKUMI"